Trump vs Powell

by:LunaWren771 minggu yang lalu
621
Trump vs Powell

Mengapa Trump Marah pada Powell?

Bulan Juni 2025, Donald Trump kembali menghujat Fed Chair Jerome Powell melalui media sosial—kali ini menyebutnya ‘Tuan Terlambat’. Ia klaim Eropa sudah turunkan suku bunga 10 kali, sementara AS diam saja. Tidak ada inflasi, ekonomi tumbuh—mengapa tidak potong suku bunga dua poin?

Saya akui: ini seperti menonton sitkom mahal. Mantan presiden berteriak pada birokrat yang tak dipilih. Tapi di balik drama itu, ada ketegangan nyata.

Bom Utang yang Berdetak di Washington

Trump ingin suku bunga lebih rendah agar biaya pinjaman pemerintah turun. Hitungannya: potong 2% → hemat $80 miliar/tahun. Terdengar bagus—tapi asumsinya pasar tidak panik.

Faktanya: menurunkan suku bunga terlalu dini bisa picu gelembung aset dan turunkan permintaan obligasi AS—yang malah naikkan imbal hasil. Seperti mencoba dinginkan demam dengan memperbesar pemanas.

Apa Artinya ‘Tidak Ada Inflasi’?

Trump bilang inflasi sudah hilang. Tapi data bicara lain: PCE inti masih di atas 3%, harga energi fluktuatif karena konflik global.

Lapangan kerja tetap kuat: pengangguran 4,5%, upah naik 4% per tahun. PDB sedikit turun Q1—tapi karena koreksi stok.

Powell tak abaikan realita—ia menunggu bukti jelas perlambatan ekonomi sebelum bertindak.

Pertarungan Kekuasaan di Balik Layar

Ini bukan cuma soal ekonomi makro—ini teater politik. Trump pasang tarif yang tingkatkan biaya impor, lalu salahkan Powell karena tidak atasi lewat pemotongan suku bunga. Ia minta stimulus setelah ekspansi fiskal—but that violates aturan emas kebijakan moneter: kebijakan harus merespons kondisi, bukan menciptakannya.

Namun di sini kita lihat: tekanan politik vs independensi institusi—and neither side willing to blink.

Apa Kata Para Ahli? (Spoiler: Beda Pendapat)

  • Vice Chair Goolsbee: “Tidak ada lonjakan inflasi setelah tarif diterapkan.” — Menunjukkan ruang untuk pelonggaran awal.
  • CEO Fannie Mae Pulte: “Pasar properti butuh bantuan sekarang.” — Salahkan Fed atas ketidakberdayaan suku bunga tinggi.
  • Cox (Harris Financial): Prediksi soft landing, tapi perkirakan pemotongan Juli/September jika lapangan kerja melambat tanpa lonjakan upah atau harga.

Tapi mayoritas ahli waspada terhadap tindakan prematur:

“Memotong terlalu dini memicu ekspektasi inflasi—dan merusak kepercayaan pada mandat Fed.” — Gregory Daco, Ekonom Senior EY

Konsensus? Dua pemotongan akhir 2025 kemungkinan besar—but only if pertumbuhan pekerjaan melambat signifikan tanpa lonjakan upah atau harga surut.

Jadi Mengapa Tunggu?

Karena pasar lebih takut pada ketidakpastian daripada apa pun. Ketika pemimpin menyerang institusi secara publik, mereka risiko melemahkan keyakinan pada dolar—not just rate decisions but long-term stability.

Dan ya—I aware I sound like a broken record repeating ‘wait for data.’ But that’s exactly why central banks exist: to be boring when chaos demands boldness, to stay calm when politicians scream, to do what’s right—not what’s popular.

LunaWren77

Suka33.62K Penggemar645
Opulous