Arena Regulasi: SEC vs CFTC

Sebagai seseorang yang bertahun-tahun menganalisis pasar blockchain dari distrik keuangan London, saya mengembangkan rasa hormat sekaligus skeptis terhadap pendekatan AS dalam regulasi Web3. Landskap saat ini seperti permainan catur yurisdiksi antara dua regulator utama: Securities and Exchange Commission (SEC) dan Commodity Futures Trading Commission (CFTC).

Obsesi SEC dengan Uji Howey Di bawah kepemimpinan Gary Gensler, SEC menjadi pengawas kripto paling ketat, menerapkan uji Howey 1946 dengan semangat religius. Posisi mereka? Jika sesuatu berjalan seperti sekuritas dan bersuara seperti sekuritas (artinya: menjanjikan imbal hasil dari usaha orang lain), maka masuk yurisdiksi mereka. Ini menyebabkan kasus besar terhadap bursa seperti Gemini dan Genesis - meski ironisnya, mereka memberikan ‘kartu bebas penjara’ untuk Bitcoin dan Ethereum dengan menyatakannya cukup terdesentralisasi.

Permainan Kekuatan CFTC Sementara itu, CFTC diam-diam membangun kerajaannya melalui RUU Lummis-Gillibrand Responsible Financial Innovation Act (RFIA). Undang-undang ini akan menjadikan regulator derivatif sebagai pengawas utama untuk sebagian besar aset digital yang tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas.

Pemain Pendukung: FinCEN, OFAC & IRS

Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) Departemen Keuangan berperan sebagai detektif keuangan kripto, fokus pada kepatuhan anti-pencucian uang (AML). Proposal Oktober 2023 mereka yang menargetkan cryptocurrency mixer menunjukkan bagaimana kekhawatiran keamanan nasional mendorong kebijakan.

Office of Foreign Assets Control (OFAC) telah memasukkan alamat Ethereum ke daftar hitam dengan frekuensi mengejutkan sejak 2022. Meski ditujukan untuk pelaku jahat, sanksi ini menciptakan mimpi buruk kepatuhan bagi bisnis sah.

Dan jangan lupa IRS favorit semua orang. Proposal pajak 282 halaman mereka yang akan datang pada 2025 akan memperlakukan transaksi kripto seperti perdagangan saham untuk tujuan pelaporan.